Gandeng Komunitas Lintas Sektoral, DKK Kudus Optimalkan Pelacakan Kasus TBC

KUDUS, Lingkarjateng.id – Kasus penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus. Berbagai upaya penanganan dan pengendalian telah dilakukan, termasuk memperkuat pelacakan kasus TBC di wilayah setempat.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus, Andini Aridewi, menyampaikan bahwa untuk memperkuat pelacakan kasus TBC, pihaknya menggandeng berbagai lintas sektoral. Salah satunya bersama Mentari Sehat Indonesia (MSI). 

Menurut Andini, komunitas tersebut selama ini telah berperan aktif dalam upaya investigasi dan skrining pasien. Ia menyebut, target penemuan kasus TBC tahun 2023 dinaikkan oleh Pemerintah Pusat, yakni menjadi sekira 12 ribu pasien, dari tahun sebelumnya sekira 10 ribu pasien.

“Upaya-upaya untuk pengendaliannya itu kita selalu upayakan bersama karena target eliminasi di 2030 wajib untuk kita wujudkan,” ujarnya saat memberikan paparan dalam Pertemuan Tindak Lanjut Komunitas dan Pemangku Kepentingan Jejaring DPPM untuk Optimalisasi Pemenuhan SPM Terkait Layanan TBC di Hotel Griptha, Senin, 11 September 2023.

Tangani TBC di Kudus, DKK Gencarkan Program Terapi Pencegahan Tuberkulosis

Ia menuturkan, upaya itu dilakukan agar dalam melakukan pengendalian penyakit TBC lebih optimal, baik itu dari penemuan kasus, pengawalan untuk pengobatan, termasuk upaya menekan penularannya. Yakni dengan melakukan investigasi kontak dan terapi pencegahan.

“Kita mencegah terjadinya gunung es, artinya jangan sampai yang ketemu sedikit ternyata masih banyak yang belum tertemukan itu ternyata keaktifan menemukannya kita yang lengah,” tambahnya.

Sementara itu, Staf Program MSI Kudus Abdul Ghofur menuturkan bahwa upaya pengendalian penyakit TBC yang digencarkan oleh komunitasnya berfokus pada investigasi kontak dan skrining kesehatan.

Saat ini, ada lebih dari 30 kader yang bergabung dalam MSI Kudus, dan tersebar di seluruh puskesmas yang ada di Kabupaten Kudus. Kader ini akan bertugas aktif dalam upaya investigasi kontak dan skrining kesehatan.

“Per bulan sudah melakukan investigasi kontak, yakni kunjungan ke rumah pasien untuk skrining kesehatan biar nanti apakah ini risiko atau tidak resiko. Kalau risiko kita anjurkan ke faskes, karena kita fokusnya ke skrining,” ujar Abdul Ghofur. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus. S – Koran Lingkar)