Kritik Ganjar, Zainal Petir Sebut Sikapnya Tak Pantas dan Menghina Perusahaan Pers

SEMARANG, Lingkar.news – Wakil Ketua PWI Jawa Tengah Bidang Pembelaan Wartawan, Zainal Abidin Petir (Zainal Petir) mengatakan tak pantas seorang pejabat negara melakukan penghinaan kepada perusahaan pers, ketika ditanya sebuah persoalan yang menyangkut hajat hidup orang banyak di bawah kepemimpinannya. Dalam hal ini adalah masalah “macet Juwana” yang berlarut-larut dan seolah tanpa solusi.

“Saya sudah melihat videonya, ketika wartawan menanyakan kaitannya dengan kemacetan di Pati. Pak Ganjar tidak menjawab, tapi justru mengalihkan jawaban yang menurut saya jawaban itu tidak pantas. Jadi dia ‘kan menjawab: Mediamu opo, Persmu opo? Mediamu ae ora cetho,” ucapnya saat diwawancarai tim Lingkar TV, pada Kamis, 2 Februari 2023.

Menurutnya, hal itu tak pantas dilakukan oleh kepala daerah dalam hal ini Gubernur.

Ditanya soal Macet Juwana, PWI Jateng : Ganjar telah Merendahkan Martabat Wartawan

“Ganjar sebagai penyelenggara negara, sebagai pejabat negara, sangat tidak pantas itu keluar dari mulut kepala daerah. Gubernur itu menurut PP No. 33 Tahun 2018, Gubernur itu pejabat negara, dalam hal ini yang mewakili pemerintah pusat di daerah. Jadi dia ‘kan mewakili negara, mewakili presiden, mestinya dia harus bijaksana. Mestinya dia tidak boleh menjawab dengan jawaban yang tidak etis begitu,” kritiknya pedas.

Menurutnya, hal itu sungguh telah merendahkan martabat seorang jurnalis, merendahkan martabat wartawan.

“Sementara pertanyaan itu sebetulnya itu pertanyaan yang bagus. Kenapa? Karena menurut Undang-Undang 40 Tahun 1999 tentang Pers, bahwa media itu ‘kan punya fungsi edukatif, fungsi informatif, dan fungsi kontrol sosial. Ketika ada permasalahan macet, yang di sini sebagai masalah yang harus diurai oleh kepala daerah, bukan menjawab dengan santun atau menjawab dengan solusi, tapi justru jawabannya ketus dan sungguh telah menyakitkan media massa. Tidak pantas itu!,” tandasnya.

Ormas Mantra Kawal LMG Laporkan Ganjar ke Mabes Polri, KPK, dan Kemendagri

Menurutnya hal itu sudah bisa disebut sebagai pelecehan verbal dan juga terindikasi menghalang-halangi wartawan untuk menyampaikan informasi.

“Karena Gubernur itu kan punya fungsi untuk melakukan supervisi, punya tanggung jawab, punya kewenangan untuk melakukan evaluasi. Misalnya itu tanggung jawab bupati, ya sampaikan saja. Apalagi di Pati ini ‘kan PJ-nya PJ bupati kan. Di mana pj-nya itu yang memilih adalah kepala daerah. Dalam hal ini Pak Ganjar yang mestinya mengevaluasi. Ada apa? Jangan terus kemudian tidak menjawab, bahkan menuduh media tidak jelas, ora cetho. Maksudnya gimana itu? Sebagai kepala daerah kok kayak gitu gimana sih, Pak Ganjar sih,” herannya.

Zainal Petir menambahkan, apabila wartawan merasa direndahkan dengan ucapan Ganjar, maka ia menyarankan wartawan Lingkar untuk melakukan pengaduan ke Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jateng.

Melawan Arogansi Ganjar, Komut LMG Agus Sunarko Tuntut Gubernur Minta Maaf atau Proses Hukum

“Silakan diajukan saja ke induk organisasinya. Nanti kalau dari PWI, ya kami akan melakukan pendampingan, melakukan pembelaan. Kebetulan saya Zaenal Abidin Petir ‘kan Wakil Ketua PWI Jawa Tengah Bidang Pembelaan Wartawan. Kalau wartawan yang merasa dilecehkan, laporkan saja. Kalau nanti ada unsur misalnya menghalang-halangi untuk mendapatkan informasi, itu ‘kan ya bisa-bisa melanggar Undang-Undang Pers,” jelasnya.

Ia berharap, ke depan kejadian tidak etis seperti itu tak kembali terulang.

Tak Kunjung Minta Maaf Usai Disomasi, LMG Lawan Ganjar dengan UU Pers dan KUH Perdata dan Pidana

“Harusnya nggak usah emosional, saya lihat wajahnya (Ganjar) sangat emosi itu. Jadi nggak boleh sebagai kepala daerah ya harus harus sabar, harus bijaksana. Kalau memang hawane pingin marah-marah, nggak usah jadi gubernur, gitu loh. Jadi masyarakat awam saja yang memang tidak perlu menjaga kehormatannya, mohon maaf ya, tidak perlu menjaga masyarakat supaya tidak tersakiti dengan kata-katanya. Itu sudah tidak pantas sebagai Gubernur bertindak seperti itu!” pesannya.

Sekali lagi, ia mengingatkan agar pejabat negara tak lagi berbuat kasar kepada insan jurnalis, baik secara fisik maupun psikis.

“Jangan ketus! Jangan memperlakukan wartawan seperti itu. Tidak baik! Menurut saya ini sudah pelecehan terhadap wartawan!,” pungkasnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar)