Teknologi Rice Transplanter Atasi Masalah SDM Sektor Pertanian di Kudus

KUDUS, Lingkarjateng.id – Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus tengah memantau efektifitas penggunaan teknologi Rice Transplanter dalam sistem penanaman padi di wilayah persawahan padi setempat. Pelaksanaan pemantauan uji coba penggunaan alat tersebut pun telah dilaksanakan di area Persawahan Blok Krajan, Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus.

Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Undaan, M Ali Hamidy mengatakan, teknologi ini mencoba dimanfaatkan lantaran susahnya mencari tenaga buruh di sektor pertanian. Peralihan penggunaan mesin penanam padi konvensional menjadi teknologi Rice Transplanter ini juga dilakukan untuk meningkatkan efektifitas waktu dan efisiensi biaya.

“Alat ini bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan SDM, karena kabarnya untuk mendapatkan tenaga penggarap sawah kini susah dan harus mengantre,” ujarnya.

Ia menjelaskan, sosialisasi dan pemanfaatan teknologi pembantu pertanian sudah dilakukan kepada 16 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang ada di Kecamatan Undaan. Menurutnya, para petani menanggapi baik adanya teknologi ini.

“Di Kecamatan Undaan ada sekitar 14 ribu petani yang tersebar di 16 desa. Sementara luas lahan pertaniannya mencakup 5.800 hektare. Kami mendorong para petani untuk bisa memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu pertanian,” katanya.

Diterangkannya, mesin tanam padi otomatis atau Rice Transplanter menjadi alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi tertundanya waktu tanam serempak yang hanya mengandalkan tenaga kerja manusia dalam proses penanamannya. Rice Transplanter merupakan alat penanam bibit padi dengan jumlah, kedalaman, jarak, dan kondisi penanaman yang dapat diseragamkan.

“Penggunaan mesin penanam padi ini baru pertama kali diperkenalkan di Desa Karangrowo. Area persawahannya luas sekitar 900 hektar,” sebutnya.

Ali menambahkan, keunggulan mesin ini bisa mempercepat proses penanaman dan dari segi efisiensi waktu karena bibit yang ditanam dengan menggunakan mesin harus berusia lebih muda sekitar 6 hari dari usia bibit pada umumnya. Dirincinya, petani hanya butuh merencanakan secara baik, minimal sebulan sebelum masa tanam tiba, untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

“Dari pantauan kami, menanam padi menggunakan alat bantu tanam bisa menghemat tenaga, waktu, dan biaya produksi hingga 15 persen. Misalnya, pada umumnya membutuhkan 5 tenaga, cukup dilakukan 2 orang saja. Alat tersebut bisa mendukung efisiensi waktu, dalam sehari bisa menanam di atas lahan 1 hektar, biaya produksi juga bisa ditekan,” paparnya.

Pihaknya juga mulai mengenalkan drone pertanian sebagai alat bantu penyemprotan dekomposer untuk penggemburan tanah dan cairan pestisida. Selain itu, ada juga program optimalisasi traktor dan alat bantu panen padi agar pekerjaan petani lebih ringan dan efisien.

“Harapan kami, mesin ini bisa dipakai lebih luas untuk memodernisasi pertanian dan meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Kami harap, ke depan pertanian di Kabupaten Kudus lebih modern dengan memaksimalkan mekanisasi,” ungkapnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Koran Lingkar)