Inflasi Jateng Terendah Ketiga Nasional, Ini Strategi Pj Gubernur Tangani Lonjakan Harga Pangan

SEMARANG, Lingkar.news – Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana memastikan inflasi di Jateng masih terkendali. Ia menyebutkan inflasi di Jawa Tengah pada Agustus 2023 sebesar 3,29 persen (year on year), sedikit lebih tinggi dibanding inflasi nasional mencapai 3,27 persen. Angka itu merupakan terendah ketiga setelah DKI Jakarta dan Banten.

Nana mengatakan perkembangan masalah kebutuhan bahan pokok atau sembako di Jawa Tengah relatif normal.

“Untuk masalah bahan pokok atau sembako normal dan terkendali. Mungkin untuk kenaikan ada di beras sama bawang putih. Selain itu aman,” kata Nana Sudjana seusai memimpin Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pengendalian Inflasi Daerah, Senin, 11 September 2023.

Ia juga mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk menekan lonjakan harga pangan. Termasuk Satgas Pangan dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) selalu mendekatkan antara konsumen dengan produsen agar harga kebutuhan pokok masyarakat terkendali.

“Dari Pemprov, Polda, dan Kejaksaan Tinggi selama ini termasuk satgas pangan serta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mengecek bagaimana stabilisasi dari pada harga pangan ini harus lebih kita tingkatkan agar para distributor dan pedagang ini tidak seenaknya menaikkan harga-harga di luar aturan yang ada,” imbuhnya.

Nana juga memastikan untuk stok beras di Jateng aman sampai enam bulan ke depan. Saat ini ada 203.851 ton stok beras yang ada di Bulog Jateng.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Dyah Lukisari mengatakan harus ada pengaturan regulasi untuk bisa menekan supaya pembelian gabah oleh petani tidak jor-joran atau berlebih-lebihan.

“Maksudnya tidak jor-joran seperti contoh semisal petani maunya Rp 6.700 gabah kering panen (GKP), tapi karena si perusahaan besarnya yang punya modal besar sanggup membeli ya di belilah Rp 6.700. Misal tahun depan petani minta Rp 7.000 akhirnya perusahaan juga menyanggupi, nah ini persoalanya perusahaan besar langsung masuk kepada produksi GKG sehingga jor-jorannya jadi tidak terkendali,” katanya.

Dyah menambahkan untuk tren kenaikan beras paling tinggi ada di daerah yang menjadi langganan kekeringan, seperti Demak, Blora, dan Grobogan. Untuk harga kisaran Rp 12.500 sampai Rp 13.000 ribu. (Lingkar Network | Rizky Syahrul – Lingkar.news)