KUDUS, Lingkarjateng.id – Stunting masih menjadi isu strategis yang terus ditangani Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus. Penanganan stunting pun menjadi salah satu program prioritas dari Bupati Kudus, HM Hartopo.
“Pemkab Kudus menempatkan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu program prioritas Kabupaten Kudus di bidang Kesehatan,” kata HM Hartopo.
Meski persentase stunting di Kudus masih di bawah provinsi dan nasional, namun upaya percepatan penurunan tetap digencarkan. Komitmen tersebut ditunjukkan Bupati Hartopo dengan membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting.
Terkait jumlah angka stunting di Kudus, Hartopo mengungkapkan kasus yang terus menurun dan jauh di bawah nasional. Di Kudus tercatat ada sebanyak 2.463 kasus atau 4,2 persen.
“Survei dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus sendiri ada 4,2 persen stunting,” ujarnya.
Pembentukan tim percepatan penurunan stunting dibagi menjadi dua tugas yaitu pengarah dan pelaksana. Tim pengarah diketuai oleh Bupati Hartopo dan beranggotakan unsur forkopimda sebagai penentu arah kebijakan. Sementara tim pelaksana diketuai Sekda dan Ketua TP PKK Kabupaten Kudus sebagai wakil.
“Tim pelaksana sebagai koordinasi dan sinkronisasi untuk memastikan pelaksanaan kebijakan. Mari kita all out cegah stunting, semoga bisa memberikan solusi terbaik dalam percepatan penurunan angka stunting,” imbuhnya.
Hartopo menegaskan, pembentukan tim tersebut bukan sekedar seremonial saja, tapi segera ada aksi nyata. Untuk itu, dirinya akan selalu memantau perkembangannya dengan konsolidasi yang dilakukan setiap bulan.
“Kita terus optimalkan, bukan sekedar seremonial karena setiap bulan harus lapor setiap perkembangan penurunan stunting,” ucapnya.
Hartopo mengungkapkan, strategi penurunan juga dilaksanakan dengan memaksimalkan sosialisasi stunting kepada masyarakat. Sosialisasi dari tim kabupaten akan diutamakan kepada masyarakat di desa-desa, khususnya yang rawan terjadi pernikahan dini.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Andini Aridewi menyampaikan, upaya penurunan angka stunting merupakan program prioritas pemerintah. Pihaknya pun terus melakukan sosialisasi dan berbagai program untuk menangani permasalahan stunting.
“Program penurunan stunting telah menjadi ‘PR’ bersama, ini membutuhkan sinergi dari seluruh stakeholder,” ujarnya.
DKK Kudus sendiri mencatat, sebanyak 4,5 persen balita masih mengalami masalah stunting. Sedikitnya ada sekitar 2.463 balita yang masih mengalami stunting dari total 61.046 balita di Kabupaten Kudus.
Kabid Kesehatan Masyarakat DKK Kudus, Nuryanto menjelaskan, stunting terjadi karena asupan gizi pada anak kurang seimbang. Oleh karena itu, orang tua perlu lebih memperhatikan asupan makanan yang diberikan pada anak.
“Orang tua jangan hanya memberikan makanan yang disukai anak, tapi juga diperhatikan kandungan gizinya. Saran saya, orang tua bisa berkreasi dengan makanan supaya tampilannya menarik, sehingga anak-anak tertarik untuk memakannya,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Nuryanto, para orang tua juga diharapkan bisa rutin mengkonsultasikan kondisi kesehatan gizi anak ke puskesmas maupun Rumah Gizi milik DKK Kudus. Hal ini supaya orang tua bisa memberikan asupan gizi yang tepat bagi anak.
“Silakan orang tua bisa konsultasi dengan ahli gizi di puskesmas maupun Rumah Gizi,” imbaunya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Koran Lingkar)